Jakarta (6/8/08) | Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan dan bahu membahu untuk memberdayakan wak
Jakarta (6/8/08) | Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan dan bahu membahu untuk memberdayakan wakaf secara produktif. ''Potensi kekayaan wakaf dalam jumlah besar yang kita miliki memungkinkan kita untuk berbuat lebih konkrit buat kesejahteraan masyarakat. Saatnya kita melakukan aksi-aksi yang menyentuh langsung terhadap kebutuhan masyarakat secara terencana dan akuntabel melalui lembaga-lembaga keagamaan seperti wakaf,'' kata Menag saat membuka seminar nasional wakaf produktif Badan Wakaf Indonesia (BWI) sekaligus mencanangkan program gerakan wakaf Indonesia di Jakarta Rabu, (6/8).
Lebih lanjut dikatakan Menag bahwa bukan waktunya lagi terpaku pada wacana yang kurang bermanfaat bagi pengembangan umat tanpa dibarengi dengan aksi-aksi konkrit secara optimal. ''Apalagi perangkat hukum telah diterbitkan dengan adanya peraturan perundang-undangan wakaf, kebijakan strategis berupa proyek-proyek percontohan wakaf produktif di berbagai daerah di Indonesia, serta kebijakan makro berupa political will yang dapat dijadikan semacam 'darah segar' bagi pihak-pihak yang terkait dengan wakaf,'' papar Menag.
Dikatakan Menag bahwa jika mencermati kekayaan wakaf yang dimiliki, khususnya wakaf tanah yang memiliki luas lebih dari 1,8 milyar meter persegi , sebenarnya dapat diberdayakannya secara lebih optimal. ''Tentu tidak semua tanah wakaf harus dikelola secara produktif, dalam arti harus menghasilkan uang. Tetapi setidaknya dari jumlah tersebut sekitar 10 persen dapat dikelola secara profesional,'' papar Menteri Agama.
Selain itu menurut Menag, potensi wakaf uang juga sangat menjanjikan. Karena wakaf dalam bentuk ini tidak terikat dengan kepemilikan kekayaan dalam jumlah besar. ''Siapapun yang berkeinginan untuk mendermakan sebagian hartanya, dapat berwakaf dengan uang,'' tambah Maftuh.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Pelaksana BWI Tholchah Hasan, BWI kini sedang gencar mencanangkan gerakan wakaf produktif melalui wakaf uang yang selama ini belum membumi di Indonesia. ''Selama ini wakaf hanya dipahami sebatas wakaf tanah, padahal wakaf bisa berupa benda bergerak seperti uang, logam muliadan surat berharga,'' kata Tolchah.
Dana yang diwakafkan, menurut Tolchah, tidak akan berkurang jumlahnya. Bahkan dana itu akan berkembang melalui investasi yang dijamin aman dan hasilnya akan bermanfaat untuk peningkatan prasarana ibadah dan aktivitas sosial seperti pendidikan dan penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan ekonomi umat.
Tolchah Hasan menambahkan, BWI bertekad untuk melakukan investasi harta wakaf, baik berupa tanah dan uang di sektor property, perkebunan, manufaktur, rumah sakit dan sebagainya. Menurutnya, Indonesia menyimpan potensi wakaf yang sangat besar. Sampai Oktober 2007 jumlah seluruh tanah wakaf sebanyak 366.595 lokasi dengan luas 2.686.536.565,68 m2. ''Namun potensi ini belum digali dan dimanfaatkan secara optimal karena masih dikelola secara konvensional,'' tandasnya.
BWI sebagai lembaga independen, kata Tolchah, bermaksud mengembangkan perwakafan di Indonesia, yang memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pembinaan nazhir, regulator perwakafan serta sebagai nazhir berskala nasional dan internasional.
Seminar ini mengambil tema 'Mengembangkan Wakaf Produktif untuk Membangun Kesejahteraan dan Peradaban Umat' menampilkan pembicara Mustafa Dasuqy (Mesir), Prof.Dr.Nasaruddin Umar, Musthafa Edwin Nasution Ph.D, Dr.Alwi Shihab.
Sementara workshop akan diisi Dr.Uswatun Hasanah tentang perwakafan di Indonesia, Dr.Jafril Khalil tentang wakaf uang: pengembangan dan pengelolaaannya di Indonesia, Drs.Ahmad Junaidi tentang transformasi konsep wakaf produktif. (osa/rpblk)
COMMENTS